Antara Jakarta dan Bandung


Perjalanan dari Jakarta ke Bandung hari ini penuh pelajaran.

Orang-orang yang sering melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya pasti tahu rasanya naik travel maupun bis. Perjalanan pun tidak selalu menyenangkan. Macet, rasanya itu sudah pasti hampir di setiap perjalanan Jakarta – Bandung saat weekend. Belum lagi kalau ternyata dengan tidak sengaja dapat tempat duduk yang tidak nyaman di bis. Mencari travel yang dapat di-book pun susah-susah gampang. Orang yang asyik mengobrol bersama temannya dengan suara keras? Yes, I know that’s quite annoying.

Saya pernah dapat tempat duduk yang tidak enak di bis. Beberapa kali, bahkan. Terakhir kali, kursinya rusak. Kalau saya bersandar, kursinya otomatis akan turun ke belakang. Untungnya yang di belakang saya hanya sendiri, jadi dia bisa melipir ke kursi sebelahnya. Itu pun setelah saya beritahu kalau kursinya rusak.

Kali ini, itu bukan pengalaman saya. Seorang bapak dudul di depan, lalu seorang pemuda duduk di belakangnya. Bapaknya memundurkan sandaran kursinya ke belakang. Lalu sang pemuda menyampaikan kalau space dia jadi lebih sempit. Si bapak berkata bahwa kursinya rusak, tapi ternyata tidak, karena dia dapat mengembalikan sandaran kursi ke posisi semula.

Mungkin, karena si pemuda sudah punya firasat tidak enak, maka dia akhirnya mencari tempat duduk di bagian belakang. Tidak lama kemudian, datang seorang pemudi dan duduk di belakang bapak tadi. Karena bisnya berangkat saat makan malam, si pemudi pun membuka bekal supnya. Saat sedang makan, si bapak kembali memundurkan sandaran kursinya. Lalu, sedikit protes, si pemudi berkata bahwa dia sedang makan dan bertanya apakah si bapak boleh mengembalikan posisi sandaran kursinya. “Masa makan sup di bis?”, jawab si bapak sambil mengembalikan posisi kursinya.

Lalu saya kembali sibuk dengan smartphone saya. Tidak lama kemudian, si pemudi sudah selesai makan dan ketika saya melihat kembali ke arah mereka, si bapak sudah memundurkan sandaran kursinya sampai mentok. Si pemudi kesulitan duduk. Kebayang kan, bis yang space untuk diri sendiri saja sudah sempit?

Selfish people are everywhereAnd one sure thing, age doesn’t define your maturityI mean, si bapak dan si pemudi tentu saja membayar harga yang sama, bukan? Tapi mereka mendapatkan kenyamanan yang berbeda karena keegoisan si bapak. Saya salut kepada si pemudi, dia tidak terlihat terlalu terganggu dengan hal itu, walaupun saya yakin dia pasti sangat kesulitan untuk mendapatkan posisi nyaman.

Ingin rasanya berkata kepada si pemudi, “Yang sabar ya, mbak. Bapaknya egois banget.”. Dan lalu berkata kepada si bapak, “Pak, kalau mau nyaman dan tidur enak, pakai mobil sendiri saja dan disetirin sama sopir. Jangan mengambil kenyamanan orang lain.”

Tapi juga, saya bersyukur melihat bapak yang duduk di samping saya tertidur pulas bahkan tidak sampai 5 menit setelah dia duduk di kursi. Mungkin, minggunya melelahkan dan dia menyempatkan diri untuk pulang ke Bandung bertemu keluarganya.

Perjalanan dari Jakarta ke Bandung tidak selalu menyenangkan. Tapi selalu ada pelajaran yang dapat diambil.

 

5 Februari 2016,

Bekasi masih jauh

Singapore Trip, Day 2


“Z-z-z-z”, terdengar suara dengkuran.
“z-z-z”, terdengar lagi tapi dengan suara lebih halus. Tapi kali ini terasa lebih dekat suaranya.
“Z-Z-Z-Z”, terdengar lebih kencang dari sebelah sana.

Hih! Siapa sih ini yang ngorok? Ternyata Edo (dengan suara dengkur lebih halus) dan bang Edu (dengan suara dengkur lebih kenceng). Baru jam 6 waktu Singapura dan ini hari Minggu.

And, that was how my day starts. Gak bisa tidur lagi. “Semoga mereka cepetan bangun. Biar aku gak sendirian bengong gini”, kataku dalam hati. Setengah jam kemudian, kak Sonti bangun sambil ketawa-ketawa. Horee, ada yang bangun juga. Setelah itu, semua langsung bangun. Kaget dengerin kak Sonti ketawa kali ya, hahaha. Ternyata kak Dian juga dengerin suara ngoroknya bang Edu, jam 4 subuh! Ckck.

Apa yang kami lakukan setelahnya? Foto-foto pake muka bantal. Baguuus! :D

Sarapan dan Siap-Siap
Tanpa mandi, kami turun ke ruangan resepsionis buat makan. Sepertinya kami rombongan pertama yang sarapan. Soalnya roti, selai, dan makanan lainnya masih belum kesentuh gitu. Kami milih meja paling gede, terus sarapan like a family :)

Tempat sarapannya lucu gitu, walaupun gak selengkap di hotel-hotel kebanyakan. Aku milih makan roti pake selai saja (emang cuma ada itu kayaknya, haha!). Terus karena males bikin teh, dibikinin teh (tapi gak manis, karena katanya aku udah manis gak bagus minum terlalu manis) sama bang Edu. Ow, baik ya dia *kasih hidung babi*.

Inget kan, di post ini, aku bilang wifi cuma ada di ruang resepsionis sekaligus tempat buat sarapan? Jadilah kami duduk sambil sarapan sambil cerita-cerita, tapi tangan megang gadget semua. Berlomba-lomba buat upload foto ke media sosial, hihi. Edo sih paling banyak sepertinya :p Sepertinya kasihan yang temenan sama kami berempat di Path, ngeliat post beruntun gitu yang fotonya kurang lebih sama, haha.

Lumayan lama sih kami sarapan, karena keasyikan dapat wifi. Terus datanglah rombongan orang Indonesia yang semalam berisik banget itu mau sarapan juga kayaknya. Jadi, kami nyuci piring (gak deng, bang Edu sama kak Dian doang yang nyuciin, hihi) yang kami pakai terus ke atas lagi, siap-siap mandi. Ternyata di peristiwa cuci piring ini lah jam tangan kak Dian ketinggalan dan jadi korban jalan-jalan ke Singapura.

Pas cewek-cewek lagi ganti baju, gak sengaja kak Dian sama aku pakai baju putih. Kak Sonti ganti baju lagi jadinya, pakai baju putih juga, haha. Katanya biar sama, cewek-ceweknya pakai baju putih. Yeah, woman. Kami sekalian check-out.

Ternyata pagi itu Singapura hujan *nyanyi ..Sunday morning rain is falling..*
Dan, hanya aku yang gak bawa payung. Langsung dapat tatapan maut dari bang Edu. “You are not so well prepared, Bek”, he said, nusuk-nusuk sampai ke jantung. Untungnya dia bawa jas hujan transparan gitu. Dia nawarin pakai payungnya. Aku gak enak, jadi aku bilang aku aja yang nge-jas hujan. Tapi bang Edu gak mau dan dia jadinya yang pakai jas hujan. Karena tasnya juga dimasukin ke jas hujan itu, jadi ketat banget kelihatannya dan kayak orang-orangan sawah. Aku mau ketawa sih, tapi gak enak karena aku yang menyebabkan semua ini.

5dca265a-187a-4225-914d-40ec08ff3739

Orang-orangan Sawah

Merlion a.k.a Singa Muntah
Sebelum ninggalin si Plush Pods, bang Edu sempet nanya ke resepsionisnya gimana caranya kalau mau ke Merlion. Katanya pakai bus nomor 100 (semoga gak salah). Jadilah kami nunggu bus nomor 100. Tadinya mau maksain jalan kaki, tapi akhirnya jadi naik bus juga karena hujan, haha.

11424006_10203193849525757_2122409098754835698_n

Lalu sampailah kami di Merlion. Singa muntah, kata Edo. Foto-foto dengan berbagai macam gaya. Background Merlion? Ada. Background Marina Bay Sands? Ada! Yang pegel yang megangin payung biar kamera Fuji-nya Edo gak kena air, hihi.

Disinilah mulai terjadi foto dengan pose lompat. Untungnya, kami ketemuan dengan teman kak Sonti. Bukannya gak sengaja, mereka emang janjian *prikitiw. Jadi deh ada yang bisa fotoin kami lompat-lompat berlima. Terima kasih, teman kak Sonti!

Helix Bridge
Foto-foto lompat makin menjadi-jadi disini. Dan akhirnya foto lari dan lompat ini yang bikin kakiku sakit, karena berasa ada urat yang ketarik, haha.

Garden By The Bay
Destinasi terakhir, Garden by the Bay!

Kami naik semacam mobil golf gitu, bayar SGD 2, kalau tidak salah. Karena udah siang dan kelaperan, kami memutuskan untuk makan dulu sesampainya di sana nanti.

Pas lagi capek-capeknya bawa tas ransel yang berat, kami menemukan loker buat nyimpan tas. Berasa lagi di padang gurun terus nemu mata air. Langsung deh kami ngumpulin uang receh buat nyimpan tas di loker.

Mungkin karena kecapekan, ada yang udah crancky disini. Katanya crancky-nya bakal hilang kalau sudah makan. Well, let’s see. Setelah ketemu tempat makan dan ketemu wi-fi, semuanya sibuk upload foto *miskin paket data*. Nah pas makan, makanan bang Edu katanya hambar. Jadilah ditambahin garam (hampir sebotol) dan rasanya makin aneh. Untung aja makananku rasanya oke (lagi). Fiuh!

Selesai makan, Edo dan kak Dian langsung foto-foto lagi di hamparan rumput hijau Garden by the Bay. Yang tadi crancky, ternyata makin crancky karena kebanyakan garam, hahaha.

Ngiterin Garden by the Bay capek juga ternyata, tapi seru! Sayang banget kami kesini pas siang, jadi lampunya belum nyala. Kata temenku, malam di Garden by the Bay romantis banget. Aww! Harus kesini lagi berarti, tapi harus malam, hehe.

Changi Airport
Saatnya pulang! Sambil nunggu waktu boarding, kami sempet nyobain kursi pijit yang disediain di Changi. Lumayan buat ngilangin pegel-pegel.

Tapi abis itu main lari-larian lagi pake troli sama kak Dian dan bang Edu. Berasa tenaga masih banyak aja, padahal besoknya jadi ijin kerja, muahaha!

Thanks a lot for the trip, Bang Edu, Edo, kak Dian, dan kak Sonti! It was FUUUNNN. Salam Uptown Funk :D

Universal Studio Singapore


Edu : Kalian akan melihat sebuah keajaiban dalam waktu 3..2..1.. Tadaa!
Semua : Waaaahhh! Kereeen! Horeee! *padahal lihat globe-nya USS doang*

So, like all mainstream people, ngapain lagi kalau bukan foto-foto di depan globe USS yang tersohor itu! Panas sih, tapi kehebohan orang-orang ini dan kesenengan karena bakal main-main di USS, bikin panasnya gak kerasa :P

Woohoo! Mainstream photo.

Woohoo! Mainstream photo.

Oya, kami udah beli tiket buat USSnya dari Indonesia, harganya SGD 65. Thanks to kak Dian, yang udah mau repot-repot beliin tiketnya. Jadi, disana tinggal nunjukin tiket masuknya, terus bisa main-main deh.

Nah, demi punggung yang nyaman, kami mau naruh tas ransel di loker aja. Jadi yang dibawa hanya tas kecil yang isinya dompet, kamera, tripod mini, paspor, dan lain-lain. Sewa lokernya lumayan mahal. Aku lupa deh pilihannya apa aja, yang jelas ada 4 jam (SGD 8) dan 1 hari (SGD 10). Karena dateng udah setengah 2 dan hari itu USS tutup jam 6, tanggung dong kalau 4 jam. Kami berempat ngambil yang 1 hari, tapi kak Dian dan kak Sonti sharing loker. Edo udah terlanjur ambil yang 4 jam. Eh, tapi akhirnya lebih dari 4 jam tapi Edo gak bayar dendanya loh.

Mari berkelanaaa! :D

Battlestar Galactica

Datang telat, kami tahu gak punya banyak waktu untuk nyobain semua wahana. So, our first choice went to Battlestar Galactica! Ini adalah semacam 2 roller coaster yang “diadu”, Human dan Cylon. Human itu warnanya merah, gak nyeremin, kakinya masih punya pijakan. Sedangkan si Cylon itu warnanya biru, nyeremin, kakinya melayang-layang aja gitu. Kami beruntung bisa nyobain wahana ini, karena beberapa waktu yang lalu, wahana ini masih dalam tahap maintenance, jadi gak bisa dimainin.

Battlestar Galactica. Photo courtesy: Andrian Agung

Battlestar of Galactica. Photo courtesy: Andrian Agung

Edo, kak Dian, dan bang Edu pengen naik yang Cylon dan berusaha ngajakin memaksa aku dan kak Sonti ikutan naik Cylon. Aku berani sih, cuma kasihan kak Sonti gak ada yang nemenin naik yang Human. Ya gak?

Setelah naro tas di loker (gratis untuk sekian menit), kami dengan bahagianya masuk ke antrian yang katanya 70 menit. Wow! Setelah masuk, lihat-lihat video, kok yang dilihatin cuma yang Human ya? Ah, mungkin nanti yang Cylon videonya ada di depan sana. Bosen nungguin dan kami gak bawa gadget apa-apa, kami main-main jempol sama pancasila lima dasar yang bikin ngakak dan berhasil untuk “killing time”. Gak ketinggalan, nyanyi, The Lord bless you and keep you. Terima kasih kepada Edo dengan suara soprannya yang melengking, kami jadi dilihatin orang-orang, hahaha.

*main pancasila lima dasar nebak nama buah*
Semua : Pancasila lima daaa-saaarr! A, B, C, …, F!
…krik-krik…
Edo : Fruits! Nah, udah termasuk itu semua nama buah.
Semua : *ngakak sampe dilihatin lagi sama orang-orang*

Akhirnya, tibalah kami di akhir penantian. Loh, loh, kok yang warna merah doang? Loh, yang birunya mana? Ternyata saking terlalu excited, kami gak merhatiin kalau pintu masuk Human dan Cylon itu berbeda! Untung buat aku dan kak Sonti, hahaha. YES!

How was the ride? AWESOME! It was my second time riding a roller coaster. 90 detik, tapi berhasil banget bikin adrenalin terpacu. Jungkir balik, diputar-putar, tapi seru! Kalau ke USS lagi, nyobain yang Cylon ah *sok berani*. Anyway, antrian Cylon 85 menit!

Revenge of the Mummy

Merengek minta jangan roller coaster lagi, tapi tetep aja ditarik main ini. Untung aja antriannya cuma 5 menit, hihi. Tapi gak nyesel, ini asyik banget! Roller coaster 4D dan ada track mundurnya. Kirain bakal seserem track mundur di Trans Studio Bandung, ternyata gak juga. Gelap banget, tracknya gak kelihatan sama sekali.

Awalnya masih semangat banget teriak-teriak. Di akhir, udah pasrah deh dijungkir balik sama si roller coaster, tapi tetep teriak sih. Ini wajib coba banget! :)

Revenge of the Mummy

Revenge of the Mummy

Transformers The Ride : The Ultimate 3D Battle

Setelah dari Revenge of the Mummy, kami beranjak ke Sci-Fi City. Tujuannya apalagi kalau bukan TRANSFORMERS! Kami sampai dua kali loh naik ini! Alasannya adalah karena yang pertama naik aku sama Edo duduk di belakang, tapi aku duduk di belakang bang Edu. Kan gak enak ada pemandangan tambahan kepala si bang Edu *ngelihat sinis*.

NEST - taken by @andrianagung

NEST. Photo courtesy: Andrian Agung

Tapi ini layak dijabanin dua kali! Beneran, suer.
Naik pertama kali, aku sama Edo kegirangan banget pas Bumble Bee muncul, haha. Teriak-teriak sambil tepuk tangan. Biarin ah, norak :P

Kalau pengen ngerasain ngerusak kaca gedung kantoran, masuk ke gedungnya, jatuh dari atas gedung, dan ngebut di jalanan bareng Bumble Bee dan teman-teman, kayak di filmnya, permainan ini wajib dicobain, hihi. Antriannya masih wajar kok, gak kayak si Galactica.

Ini boleh bawa tas kok, gak kayak dua permainan sebelumnya yang harus nitip tas di loker. Jadi bisa foto-foto deh di dalam :)

Madagascar: A Crate Adventure

“Aku pengen main air, please.”, aku merengek. Isi perut udah kecapean diaduk-aduk, haha. Alasan berikutnya adalah karena gerah, cuy :P

Tadinya, aku pengen mainnya di Jurassic World. Tapi entah kenapa pas disana lupa namanya dan malah nyasar ke Madagascar. No idea, ini permainan apa. Ya udahlah masuk aja. Note : Pelajaran buat yang mau ke USS, cari info sebanyak-banyaknya tentang permainan disana. Biar gak nyasar dan buang-buang waktu, huhu.

Ternyata… *jeng-jeng* (semacam) istana boneka, saudara-saudara. Edo udah pasang tampang mutung, haha. Maafkan aku, Edo. Seketika merasa bersalah karena malah ngajakin main ini. Tapi, positifnya adalah kita bisa istirahatin kaki sejenak. Edo katanya malah bisa tidur di dalam.

Bonekanya masih oke-oke banget. Gak ada tuh bonekanya yang kepalanya udah hampir copot kayak di itu tuh. No offense, Dufan *uups, kesebut*. Di akhir perjalanan, bang Edu kena semprot air! MUAHAHAHA *ketawa setan*. Mau kena air? Duduk di kanan depan :P

Shrek 4D Adventure

Setelah Madagascar, maunya ke Jurassic World. Tapi sampai sana, sepertinya udah tutup. Aku sedih gak main air, huhu. Terus, kami lanjut ke Far Far Away. Tadinya mau main Puss in Boots, tapi apa daya antriannya lumayan panjang. Jadi kami melipir ke Shrek 4D Adventure, antriannya 15 menit. Sayang banget Edo gak ikutan. Sepertinya doi haus, jadi beli minum deh dia.

Pas masuk… Mmm, well, it’s just like another 4D movie. Tapi kali ini ceritanya tentang si Shrek, Princess Fiona, dan si Donkey. Sepertinya Edo agak beruntung gak ikutan masuk yang ini, hihi.

New York

Karena banyak wahana yang udah tutup dan bingung ngapain lagi, akhirnya kami jalan-jalan ke New York. New York di USS, bukan New York beneran *yakali*.

Ketemu Fast & Furious 7 Display yang ada patung lilin Vin Diesel-nya. Langsung deh foto-foto :D

Fast and Furious 7 Display

Fast and Furious 7 Display

Entahlah, siapa yang punya ide pertama kali untuk foto-foto lompat. Thanks to kak Sonti’s mini tripod and Edo’s Fuji camera. Brace yourself, our real photos are coming! Hahaha.

PicMonkey Collage3
PicMonkey Collage1
PicMonkey Collage2
PicMonkey Collage4

Singapore Trip, Day 1


It was my first time abroad. So, let’s shout WOOHOO! :D

Teman-teman Seperjalanan
Awal perjalanan ini adalah ide “gila” bang Edward Fernando Sinaga a.k.a Edu untuk ngasih hadiah tiket pergi ke Singapura untuk Andrian Agung a.k.a Edo. Setelah diskusi panjang tak berujung, akhirnya kami memutuskan pergi bulan Juni dengan mengajak kak Sonti dan kak Dian. Tadinya, bang Galo juga mau ikutan, apa daya beliau gugur karena masih ada kuliah yang harus dituntaskan.

Sebelum Keberangkatan
Tadinya aku, kak Sonti, bang Edu, dan kak Dian mau berangkat bareng ke bandara, karena Edo berangkat langsung dari Bandung (katanya doi abis workshop, padahal mah joget-joget K-Pop :p). Tapi, rencana berubah. Bang Edu berangkat bareng kak Sonti, karena lebih dekat ke bandara, dibanding harus jemput aku sama kak Dian. Jadi aku berangkat bareng kak Dian. Jam 2 dini hari, ada Whatsapp message dari Edo, ngabarin kalau dia gak jadi langsung berangkat ke bandara, jadi dia minta dijemput juga di kosan.

Berangkat jam 4 dari kosan, aku meluncur ke kosan kak Dian. Setelah itu, meluncur ke kosan Edo. Telepon Edo sempat gak diangkat. Kami panik karena takut dia ketiduran. Setelah hampir 15 menit nungguin, dia keluar juga. Ternyata dia bok*r sodara-sodara! Haha.

Di bandara, kak Sonti dan bang Edu udah nyampe duluan. Terus kami check-in, di belakang tiga cewek yang langsung kena komentar bang Edu karena mereka rempong banget, haha. Sebelum imigrasi, kami sempat melipir ke bakmi GM, berhubung ada yang lupa makan malam saking excited-nya mau jalan-jalan *tunjuk diri sendiri*.

Sampai imigrasi, paspornya dicap. Hore, paspor kini tak perawan lagi!! Langsung deh foto-foto paspor sama kak Sonti dan Edo yang juga baru pecah perawan. Biarin deh, dikira alay. Ini kan moment penting, sekali seumur hidup, haha. Bang Edu mah gak usah ditanya cap di paspornya. Udah sampe India gitu -.-

Welcome to Singapore

Safely Arrived!

Safely Arrived!

Hore, akhirnya nyampe juga di Singapura sekitar jam 10. Setelah itu ke imigrasi dan beli STP supaya lebih hemat dan gak ribet jalan-jalan pakai MRT dan bus.

STP adalah Singapore Tourist Pass yang bisa dipakai untuk turis-turis yang datang ke Singapura (penjelasan macam apa ini, haha). Nah, ini bisa dibeli untuk 1 hari, 2 hari, dan 3 hari. Karena kami 2 hari di Singapura, kami beli STP untuk 2 hari seharga SGD 26. Kok mahal? Gak juga sih, nanti SGD 10 dikembaliin kok. Itu hanya deposit, jadi harganya SGD 16.

Singapore Tourist Pass

Singapore Tourist Pass

Oya, kami juga berusaha menggunakan koneksi wifi di Changi. Nanti bakal dapat SMS untuk kode wifi, terus bisa wifi-an deh. Buat pengguna XL, disana akan dapat koneksi ke M1. Kemarin, karena mendadak pulsaku kesedot sekitar 40 ribu, aku panik dan langsung airplane mode. Padahal (sepertinya) maksimal pemakaian pulsa untuk roaming di Singapura itu 75 ribu seharian (semoga benar, haha).

Beres dari imigrasi udah hampir setengah 12 siang waktu Singapura. Oh no, USS padahal udah buka dari jam 10. Setelah beberapa pertimbangan dan nge-pukpuk pundak sendiri supaya kuat bawa ransel, kami memutuskan untuk langsung ke USS saja tanpa taruh tas dulu di hostel.

MRT dan Vivo City
Akhirnya ngerasain naik MRT yang sering dibicarain orang-orang Indonesia itu. Biasa aja kok. Orang-orang aja yang lebay. Aku juga terkagum, saudara-saudara!

Ih, kok tiba-tiba gelap sih? Loh, kok tiba-tiba udah ada di atas jalan aja? Wow, cepet banget ya. Bersih ya. Nyaman ya. Nah, begitulah kira-kira komentar beberapa dari kami. Iya, aku juga :P

kak dian - bang edu - aku - edo

kak dian – bang edu – aku – edo

Berhubung udah jam makan siang, kami memutuskan untuk makan dulu di Vivo City, sekalian mengistirahatkan kaki yang mulai pegel. Aku dan bang Edu pesen bento, kak Dian dan kak Sonti pesan ramen, Edo pesan sejenis ayam hainam dan es milo. Bang Edu failed, karena ternyata bentonya ada ikannya. Akhirnya ikan gak jelas itu dikasih ke aku, terus barteran sama udangku (hiks, dadaaah, udang :P). Kak Sonti failed, karena ternyata ramennya ada telurnya dan mengapung dengan indah di kuah ramen, hahaha.

Universal Studio Singapore
Postingan tentang USS terpaksa dipisah karena panjang, hihihi. Kalian bisa baca disini yah :)

Plush Pods
Setelah belum puas main di USS, kelaperan dong. Tadinya mau langsung cari makan, tapi karena jarak dari MRT ke penginapan lebih dekat, jadi kami ke penginapan dulu. Sempet muter dikit dan jadinya ngelewatin banyak tempat makan yang aromanya aduhai, makin laper jadinya.

Kami nginap di Plush Pods, semacam hostel buat para backpacker. Kami mesen kamar tipe Tatami untuk 5 orang dan kena sekitar Rp 354.xxx/ orang, dengan kurs SGD sekitar Rp 9983. Dari fotonya terlihat besar, tapi sampai sanaa *tadaa* kecil, haha. Tapi muat kok buat berlima. Kamar mandinya di luar, tapi sempit juga, susah gerak-gerak. Yang paling nyebelin adalah wifi-nya cuma ada di ruangan resepsionisnya dan gak nyampe ke kamar. Padahal aku mengharapkan wifi T_T

Jalan-jalan Malam
Setelah naro tas dan berganti sendal, kami berencana nyari makan. Jam 9 malam waktu Singapura dan kami belum makan. Nah, menurut teman bang Edu, ada tempat makan enak di sekitar situ namanya Miss Pho. Jalan kaki lah kami menuju Miss Pho. Ah, jalan kaki tidak pernah seenak ini. Lampu merah semua mobil berhenti, pejalan kaki didahulukan, tidak macet dan tidak polusi. Jalan pedestriannya nyaman! Tidak ada tuh pedagang kaki lima yang mangkal disitu dan bikin sempit jalanan. Tidak ada tuh motor-motor yang seenak jidat lewat dan malah bikin rusak jalan pedestriannya.

Setelah sampai di Miss Pho, ternyata beberapa menu udah abis. Karena kami laper dan udah gak kuat jalan lagi, kami mesen apa yang ada aja deh. Setelah nunggu sekitar 15 menit, orangnya dateng lagi dan bilang nasinya habis. APAAAH? So, we wait for nothing?? Becanda! Laper, mas T_T

Akhirnya kami jalan ke arah berbeda dan makan di tempat makan pinggir jalan. Mereka pesan ayam goreng, aku pesan ikan bakar. Puji Tuhan, ikan bakarnya ada rasanya! Ternyata setelah makan, ada yang masih kelaperan dan pengen McD. Sebut saja namanya Edward. Tapi ada yang kelelahan juga. Sebut saja namanya Andrian. Jadi Andrian balik sendiri ke hotel, karena tiga wanita ini pun tergoda dengan McD.

Jauh-jauh, akhirnya ke McD juga. Setelah curhat gak jelas dan akhirnya malah bikin galau *argh*, kami balik ke hotel dan menemukan Edo sudah terlelap. Kami berempat mandi bareng dulu abis itu bobok juga. Tapi aku baru bisa tidur setengah 2, huhu. Salahkan saja orang Indonesia yang abis nonton SEA Games di kamar sebelah dan masih aja ketawa ngakak sampai jam segitu.

Nantikan postingan day 2-nya yah! :)

Thank you(s) for 4 Incredible Years!


1. Thank you for asking me to be your girlfriend on that night.
2. Thank you for amazing 10.10.10.
3. Thank you for your sweet and lovely smile.
4. Thank you for all your sacrifices (you know, I appreciate it!).
5. Thank you for asking me to join your graduation celebration with your family.
6. Thank you for giving me a bouquet of flowers in my graduation,
7. ..and carrying all of the flowers for me.
8. Thank you for our very first couple T-shirt.
9. Thank you for those good-morning messages,
10. ..and those good-night messages.

Our Graduation Day

Our Graduation Day

11. Thank you for making me laugh (out loud, sometimes) with your jokes. I adore your humor sense.
12. Thank you for going with me to Glorify concert.
13. Thank you for dealing with my semi-vegetarian appetite. And I thank God for seafood! :p
14. Thank you for cheering me up on that thesis period.
15. Thank you for writing my name on your thesis book, as the third adviser, haha.
16. Thank you for taking me back to my boarding-house, although you have to walk far to get back to yours.
17. Thank you for holding my hands when we’re about to cross the road.
18. Thank you for those forehead kisses. It’s one of the sweetest things in the world.
19. Thank you for the blue bag as my 21st birthday gift. My favorite one!
20. Thank you for singing me your favorite lullaby when I can’t sleep at night.

Our First Concert

Our First Concert

21. Thank you for forgiving my September-last-year mistake.
22. Thank you for the second chance,
23. ..and for trusting me again.
24. Thank you for your sweet smile when I came to Bandung to celebrate our second anniversary. I still can remember that smile.
25. Thank you for the cake you bought to celebrate it.
26. Thank you for going with me to the dentist. Yeah, we often get lost, haha.
27. Thank you for taking me to Bubba Gump. Our most expensive dinner until now.
28. ..and taking me to Sapu Lidi. Our most expensive dinner until we found Bubba Gump :p
29. Thank you for eating spaghetti I made for you.
30. Thank you for pausing the movie you watch whenever I call.

two of us

Bubba Gump

31. Thank you for hugging me when I cry.
32. Thank you for being a (very) good listener for me. I know, it’s not easy at all, hehe.
33. Thank you for those Gramedia dates,
34. ..and Skype dates,
35. ..and movie dates. Remember our inexpensive movie dates? I enjoy it! :D
36. Thank you for that Bali holiday.
37. Thank you for playing with me in Waterboom Bali.
38. Thank you for giving me those books as Christmas gift.
39. Thank you for picking my calls up when you play DOTA, hahaha. I know you’re died and respawning, so you have 60 seconds to pick my call up.
40. Thank you for playing my Clash of Clans.

His Favorite Spot in Gramedia

His Favorite Spot in Gramedia

41. Thank you for playing your guitar and singing for me. Actually, your voice is quite good :)
42. Thank you for simply being there for me to cheer me up when my dad’s birthday gift is gone.
43. Thank you for your willingness to take silly photos with me. Muahahaha!
44. Thank you for telling me that there is a tool called “Snipping Tool”. It helps my thesis and other works.
45. Thank you for teaching me Java when I’m stuck on it.
46. Thank you for those karaoke-on-the-phone sessions. “Jinx! Jinx again!”
47. Thank you for waiting until midnight when I came back from Gunung Pandang and ensuring that I got home safely,
48. .. and when I came back from PSM ITB pre-competition concert, and another night when you wait for me until I got home.
49. Thank you for those English days, for pushing us to practice our English.
50. Thank you for making me feel needed by you when you ask me to buy those Spiderman shirts, online.

Our Silly Faces

Our Silly Faces

51. Thank you for saying “I miss you” and “I love you” when you really mean it.
52. Thank you for telling me your childhood stories,
53. .. and confiding your secrets to me.
54. Thank you for video-calling me via LINE (unexpectedly) and giving me your sweetest smile.
55. Thank you for the scent of “AXE coklat” and your other perfumes every time we’re about to go out.
56. Thank you for the 10th year Java Jazz special edition T-shirt.
57. Thank you for visiting me in Jakarta and spending time with me.
58. Thank you for not complaining when there is no motorcycle to be rented.
59. Thank you for going with me to Bank Indonesia museum and Kota Tua.
60. Thank you for joining my family on our first new year’s eve.

Nge-bonceng "karung beras"

Nge-bonceng “karung beras”

61. Thank you for encouraging me with that paper-craft thing. Let’s make it online, haha.
62. Thank you for giving me a flower with this note “Tahun depan aku kasih kamu bunga, kamu udah pake toga ya.”. One of my mood booster to finish my thesis.
63. Thank you for attending my thesis examination.
64. Thank you for reminding me to eat.
65. .. and to pray almost every night.
66. Thank you for arranging my 20th birthday and picking my brother up to celebrate it :)
67. Thank you for giving me your jacket (plus, your perfume scent) before you leave for Bali.
68. Thank you for helping me to move from Bandung to Jakarta.
69. Thank you for 14 seconds voice note when I was mad.
70. Thank you for telling me that I’m beautiful (in certain conditions :p).

That Jacket

That Jacket

71. Thank you for being with me when Geizo was sick, even tho’ we had Calculus final-test on the next day.
72. Thank you for being my “trash-can” in most of the time.
73. Thank you for picking me up from travel on a rainy-midnite when I came to Bandung.
74. Thank you for listening when I grumble and cry in my bad day. I appreciate your silent presence.
75. Thank you for setting your foot on the same step when we use escalator.
76. Thank you for (finally) letting me to have sunday-service together with you. It is one of the moments I treasure the most.
77. Thank you for letting me bite your arm. Hahahaha! Sorry, it’s my mom’s gene :p
78. Thank you for pushing me to exercise (a lot).
79. Thank you for reminding me to have a positive-mind.
80. Thank you for reminding me to keep being kind, no matter what. I’ll remember this, for the rest of my life.

Rehearsal for Sunday Service

Rehearsal for Sunday Service

81. Thank you for being a not-jealousy boyfriend. Now, I thank God for it, haha! You also taught me to be a not-jealousy girlfriend.
82. Thank you for those stay-til-midnight calls, tho’ you must be so tired after Futsal.
83. Thank you for keeping the Bible (and sandals) I gave you :p
84. Thank you for being sooooooooooooooooooo patient to me, a moody girl. It must be your mom’s gene, hehe.
85. Thank you for sending me funny pictures or videos to make me laugh (in office hour :p).
86. Thank you for encouraging me to eschew my bad habit.
87. Thank you for not yelling at me when you mad. Well, you only did it once but then you never do it again :)
88. Thank you for being my mood booster, the one who cheer me up when I feel so down.
89. Thank you for asking your parents about this relationship.
90. Thank you for praying for me every night.

551661_3404269661307_1038277484_n

91. Thank you for surviving, struggling, and staying with me to undergo this (long distance) relationship.
92. Thank you for showing me your love and support.
93. Thank you for giving me your time. Because it means you give me a portion of your life that you’ll never get back.
94. Thank you for being with me through the sadness and the joy, laughter and tears, thick and thin.
95. Thank you for those amazing years of our togetherness.
96. Thank you for being someone that I can look up to.
97. Thank you for rebuking me when I’m wrong, helping me to grow and making me a better person.
98. Thank you for everything, even for the small things you did to me.
99. Thank you for being you, for being a best friend, a brother, and a lover at the same time.
100. Thank you for loving me.

10632643_10203032988241431_3909707324437995487_n

Happy 4th Anniversary, dear Donny Iswan Situngkir!
Let’s grow stronger in Him.
God bless us.

You know, I love you.

Gunakan Tisu Secukupnya!


Saya baru saja kembali ke kubikel dari toilet saat menulis post ini. Dalam keadaan masih shock.

Pasalnya, saat berada dalam toilet, saya mendengar suara dari bilik sebelah saya sedang menarik tisu. Sret, sret! Saya pikir berhenti sampai disitu. Ternyata suara itu berlanjut. Sret, sret, sret! Berkali-kali.

Entah berapa lembar tissue yang diambil oleh mbak di bilik sebelah. Saya sendiri berpendapat bahwa 2-3 lembar (maksimal 5 lembar) tisu cukup untuk mengelap sisa-sisa air. Tapi sepertinya tidak untuk mbak itu.

Saya langsung teringat pada pohon-pohon yang ditebang untuk selembar tisu.

“Tisu dibuat dari pulp (bubur kertas). Pulp berasal dari batang pohon akasia dan eucalyptus yang diproses secara kimia. Untuk membuat tisu, produsen harus membuat perkebunan akasia dan eucalyptus, lalu setelah pohon tersebut besar maka dilakukan penebangan untuk mendapatkan kayunya. Yang berarti suatu penggundulan hutan menyebabkan luas hutan alam semakin menyusut karena digantikan oleh Perkebunan Akasia dan eucalyptus. Selain itu, tissue juga mengalami proses pemutihan untuk mendapatkan warna putih pada Tisu, proses pemutihan pada tissue menggunakan gas chlor (Cl) terhadap pulp yang berwarna hitam. Bahan baku gas Cl adalah toksik, yang limbahnya juga masih mengandung racun.

Melihat fenomena dibalik produksi tissue bisa kita bayangkan efek global yang bisa ditimbulkan dari selembar tissue. Diawali dengan penebangan hutan untuk memenuhi kuota produksi pulp, erosi tanah yang timbul akibat hutan yang gundul, pelepasan gas karbon yang tak terkendali akibat hilangnya hutan yang berperan dalam mengikat gas karbon. Tingginya konsentrasi CO2 di atmosfir menyebabkan tingginya suhu bumi yang berdampak pada gangguan keseimbangan lingkungan hidup di biosfir bumi yang menyebabkan terjadinya pemanasan global ( Global Warming ), hingga limbah industri pembuatan pulp yang mengandung racun sehingga dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan hidup.”

Sumber: www.kabarindonesia.com

“Dan taukah anda, 27.000 pohon di planet ini dibuat menjadi kertas-kertas termasuk kertas tisu setiap hari. Padahal setelah digunakan, kertas tisu tidak dapat didaur ulang lagi. Pohon-pohon yang terus ditebang dalam jumlah besar setiap harinya ini, tidak mungkin dapat diimbangi dengan pertumbuhan pohon yang membutuhkan bertahun-tahun untuk tumbuh menjadi pohon-pohon siap tebang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi kertas, banyak hutan-hutan yang menjadi paru-paru dunia berubah menjadi hutan-hutan pertanian. Hutan-hutan ini hanya memiliki satu jenis pohon. Hal ini akan berefek negatif untuk kelangsungan berbagai hewan yang hidup di hutan yang membutuhkan keanekaragaman spesies tanaman. Hal ini jelas akan mengganggu ekosistem.

Selain berefek negatif bagi ekosistem, dengan menggunakan kertas tissue berarti kita juga bertanggung jawab pada kerusakan lingkungan, karena bahan baku kertas tissue berasal dari pohon. Sedang sebatang pohon butuh bertahun-tahun untuk siap ditebang dan diolah lagi. Dengan demikian pula berarti kita juga bertanggung jawab pada terjadinya krisis oksigen dan air, karena fungsi alami pohon adalah sebagai penghasil oksigen sekaligus juga sebagai penyerap air. Maka secara otomatis kita juga bertanggung jawab atas global warming yang terjadi saat ini.”

Sumber: amalianjani.wordpress.com

Saya sendiri tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh menggunakan tisu, karena saya sendiri sadar bahwa pada saat-saat tertentu, saya membutuhkan tisu. Tetapi alangkah bijaknya jika kita menggunakan tisu secukupnya, sesuai dengan kebutuhan kita.

Mari peduli dengan lingkungan hidup dengan menggunakan tisu secukupnya. Sayangi hutan dan lingkungan hidup agar anak cucu kita juga nantinya dapat merasakan betapa kaya dan suburnya negeri ini.

Es 2? Pasca Sarjana?


*Skype-an sama papa mama
Papa : Nak, udah dilihat-lihat mau S2 dimana?
Aku : Udah sih, pa. Tapi belum ada yang cocok.
Papa : Cepatlah cari-cari kampus S2. Kuliah lagi lah.
Aku : Iya, pa.
Papa : *sambil ambil majalah terus dilihatin ke kamera* Ini ada yang online kok, bisa sambil kerja.
Aku : Binus ya? Tapi gak mau Manajemen TI, pa. Bosen.
Papa : Ini ada yang manajemen doang kok. Bagus ini.
Aku : Iya, iya *speechless*

Dalam 4 bulan terakhir, kalau telponan sama papa mama, pasti ditanyain kapan mau kuliah lagi. Orangtua yang lain nanya kapan anaknya nikah, aku malah “dipaksa” buat ngambil S2. Katanya sambil S2 terus mau nikah juga gak papa. Yeay! *salah fokus :p*

Aku sebenernya tipe orang yang lebih produktif kalau sibuk. Lebih pintar mengatur waktu dan jadwal kalau banyak kegiatan. Tapi, kerja sambil kuliah? Belum pernah terpikirkan.

Dulu pernah sih, kerja sambil ngerjain Tugas Akhir. Tapi kan Tugas Akhir (doang). Tidak ada tugas, tidak harus ke kampus untuk kuliah, dan serentetan kegiatan kuliah lainnya. Tugas Akhir-nya bisa dikerjain setelah pulang kerja. Waktu itu, masih kuat begadang. Sekarang? Jam 9 aja udah ngantuk. Mata udah minta ditutup.

Pengen sih, bikin papa mama senang. Tapi aku belum tau, aku kuat gak kalau kerja sambil kuliah. Pernah sih, minta supaya kuliah aja, gak sambil kerja *durhaka*. Ide itu langsung ditentang papa mentah-mentah :p. Kerja Senin-Jumat, kuliah Sabtu-Minggu. Atau kerja Senin-Jumat, kuliah Senin-Jumat (sore sampai malam). Aku kapan istirahatnya? Aku kapan nge-gaulnya? Hahaha.

Alasan lainnya adalah aku tidak tertarik untuk kuliah tentang TI lagi, ataupun manajemen. Aku pengen ngambil Konseling/ Psikologi. Iya, iya, aku tau itu melenceng jauh dari pendidikan S1-ku. Tapi itu mimpiku dari dulu. Ide ini juga ditolak sama papa. Huaaaa!

*Percakapan dengan papa
Papa : *seperti biasa, nanya kapan S2* Ayo, Nak. Kuliah lagi ya.
Aku : Jangan sekarang ya, Pa. Yaa, 1-2 tahun lagi lah.
Papa : Mumpung masih muda loh.
Aku : Oke, aku mau sekarang. Tapi ambil Konseling ya.
Papa : Lah, itu jauh banget sama IT. Kalau bisa *which means, “Harus”* ambil yang gak jauh-jauh sama IT lah.
Aku : *dalam hati* Papaaa, aku bosan sama IT *nangis*

Di sisi lain, aku bersyukur papa mama mendukung dan mengarahkan untuk kuliah lagi. Di luar sana banyak yang pengen S2 tapi gak punya biaya yang cukup.

Aku kudu piye iki?
Sekarang lagi coba nyari-nyari tempat kuliah yang manajemen. Tapi belum ada yang nyantol. Transport ke kampus, tugas kuliah, thesis, materi kuliah, biayanya, dan serangkaian masalah kuliah lainnya udah bikin pusing duluan, hahaha.

Nah, kalau ada yang lagi nyari-nyari S2 di Jakarta, ini ada tulisan bagus yang membandingkan kampus-kampus buat kuliah Magister Manajemen di seputaran Jakarta. Check it out : http://antondewantoro.wordpress.com/2013/05/25/memilih-magister-manajemen-terbaik-di-jakarta/.

Doain tahun depan aku udah jadi mahasiswi pasca sarjana di salah satu kampus itu yaaa! ^^

I’m An Introvert


Setelah menghabiskan waktu yang lama di tengah keramaian, seorang introvert butuh waktu untuk sendiri. Hanya dengan dirinya sendiri, untuk mengembalikan tenaganya untuk berada di luar sana.

Bukannya ia tak senang dengan keramaian. Hanya saja, terlalu lama di tengah keramaian akan membuatnya menjadi lemah dan sangat sensitif.

Diam di dalam kamar, dengan buku atau dengan beberapa film akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuk seorang introvert. Semangat dan keceriaannya justru dibangun ketika dia sedang menyendiri dan menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri.

Give introverts some time. They’ll be back in fully recharged condition.

To It, Through It


Partitur

Partitur

*Percakapan dengan Papa lebih dari 1 bulan yang lalu.
Papa : Besok pelayanan, Nak?
Aku : Iya, Pa. Ngiringin padus. Partiturnya not balok.
Papa : Ya gak papa, belajarlah baca not balok.
Aku : Tapi susah, Pa. Stres ini baca not baloknya, haha. Minggu depan diminta pelayanan lagi di Career Group.
Papa : Selagi ada kesempatan melayani, diambil saja, Nak. Selagi bisa.

*Kemarin, percakapan dengan Ko Andy, ketua Padus GII Semanggi, setelah latihan untuk ngiringin padus buat ibadah kedua.
Ko AW : Becca, minggu depan bisa pelayanan lagi ngiringin padus? Edu ternyata gak bisa.
Aku : Whoa. Ini belum hilang deg-degannya, Ko. Lagunya susah bukan?
Ko AW : Gak ada lagi yang bisa, Becca.
Aku : *speechless*
Ko AW : Oke ya, Bec?
Aku : Asal bang Edu mau ngajarin aku, haha.

Dulu aku pernah ngiringin paduan suara di gereja dan di kampus, tapi gak pernah pakai not balok. Aku gak pernah nyangka bakal ngiringin padus pake partitur not balok. Sampai kira-kira 1 bulan yang lalu, anak-anak padus GII Semanggi minta tolong untuk ngiringin mereka karena gak ada lagi pianis yang bisa pelayanan untuk minggu itu.

Aku? Kaget! Aku gak bisa baca partitur pake not balok. Aku cuma mengingat-ingat pelajaran musik waktu SMP buat baca not balok. Itu anak padus nekat banget ya minta aku jadi pianis, pikirku. Gak papa pake chord aja kalau gak bisa baca not baloknya, kata mereka.

Tuhan pasti tau aku gak bisa baca not balok. Tapi kenapa Dia masih percayain pelayanan ini buatku? I have no idea.

One thing I know for sure, if He bring me to it, He will bring me THROUGH it. Aku bersyukur untuk setiap kesempatan pelayanan dan kesempatan untuk bertumbuh dalam-Nya. Aku bersyukur untuk setiap tantangan dan ketidakmampuanku, karena dari sana aku belajar untuk tidak mengandalkan diriku sendiri. Tapi mengandalkan Dia yang mempercayakan pelayanan ini buatku, dan yang juga akan memampukanku melakukannya.

Soli Deo Gloria!